Bahaya Radioaktif dalam Pangan: Mengenal Risiko Cesium-137 (Cs-137) dan Pentingnya Keamanan Pangan Terpadu

By Agnes Melani at October 27, 2025
article
Bahaya Radioaktif dalam Pangan: Mengenal Risiko Cesium-137 (Cs-137) dan Pentingnya Keamanan Pangan Terpadu

Belakangan ini, publik dihebohkan oleh temuan zat radioaktif Cesium-137 (Cs-137) di wilayah Banten. Meski tingkat paparan masih dalam batas aman menurut Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN, 2025), kasus ini menjadi pengingat penting bahwa ancaman terhadap keamanan pangan bisa datang dari sumber yang tidak terduga termasuk dari lingkungan yang terkontaminasi bahan radioaktif.


 Apa Itu Cesium-137 (Cs-137)?

Cesium-137 adalah isotop radioaktif yang dihasilkan dari reaksi fisi nuklir, misalnya dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) atau uji coba senjata nuklir. Unsur ini memancarkan radiasi gamma berenergi tinggi, dan memiliki waktu paruh sekitar 30 tahun, yang berarti zat ini bisa bertahan lama di tanah, air, dan udara.

Ketika tanah atau air terpapar Cs-137, tanaman dapat menyerap partikel radioaktif melalui akar. Hewan yang memakan tanaman tersebut juga bisa ikut terkontaminasi. Dari sini, zat radioaktif masuk ke rantai pangan ke dalam beras, ikan, susu, sayur, bahkan daging yang dikonsumsi manusia.


 Mengapa Cs-137 Berbahaya untuk Tubuh?

Bahaya utama dari Cs-137 bukan karena efek kimiawi seperti racun biasa, melainkan karena paparan radiasi gamma yang dapat menembus jaringan tubuh dan merusak DNA sel. Jika terakumulasi dalam jangka panjang, dampaknya bisa serius:

  • Kerusakan jaringan dan organ tubuh
  • Gangguan sistem saraf
  • Risiko kanker dan mutasi genetik
  • Penurunan sistem imun

Menurut laporan ATSDR (Agency for Toxic Substances and Disease Registry, 2023), Cs-137 dapat tersimpan di otot dan jaringan lunak manusia selama bertahun-tahun, melepaskan radiasi secara perlahan. Karena itu, pengawasan bahan pangan terhadap kontaminan radioaktif perlu dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan.


Keamanan Pangan Itu Sistemik, Bukan Sekadar Higienitas

Kasus Cs-137 menunjukkan bahwa keamanan pangan tidak hanya soal kebersihan dapur, tetapi melibatkan banyak aspek  mulai dari lingkungan pertanian hingga distribusi produk.

Menurut Food Safety Management System (FSMS), keamanan pangan yang efektif harus dijaga sejak awal rantai pasok:

  • Good Agricultural Practices (GAP), memastikan bahan baku dan lahan bebas kontaminasi.
  • Good Handling Practices (GHP), menjamin kebersihan dan keamanan selama proses penyimpanan serta distribusi.
  • Food Handler Competency, memastikan pengelola pangan memahami cara mencegah risiko fisik, kimia, biologis, dan radioaktif.

Tanpa penerapan sistemik ini, risiko kontaminasi bisa tetap terjadi meskipun bahan makanan tampak bersih atau segar.


Saatnya Bertindak Bersama AGAVI Institute!

Daripada panik menghadapi isu radioaktif, langkah terbaik adalah memperkuat edukasi dan kompetensi tenaga pengelola pangan agar siap menghadapi berbagai risiko kontaminasi, termasuk yang berasal dari lingkungan. Di sinilah AGAVI Institute berperan penting sebagai lembaga pelatihan di bidang pangan dan agribisnis yang berkomitmen membangun sistem pangan yang aman dan berkelanjutan.

Melalui program unggulan seperti Pelatihan Food Handler Bersertifikat dan Workshop Higienitas dan Sanitasi Pangan, peserta akan belajar mengenali berbagai bahaya kontaminasi  termasuk paparan radioaktif , serta memahami cara mencegahnya di setiap tahap rantai pangan, dari bahan baku hingga penyajian.

Dengan mengikuti pelatihan di AGAVI Institute, Anda tidak hanya meningkatkan kompetensi profesional, tetapi juga berkontribusi menjaga keamanan pangan bagi masyarakat luas.